BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar belakang
Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi, haluaran air dan elektrolit, sistem renal dan paru. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan salah satunya karena penyakit.
Orang dewasa yang aktif bergerak dan memiliki orientasi yang baik biasanya dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang normal karena mekanisme adaptif tubuhnya. Namun bayi, orang dewasa yang menderita penyakit berat,klien dengan gangguan orientasi atau klien yang immobile, serta lansia sering kali tidak dapat berespons secara mandiri, dan seiring dengan waktu kapasitas adaptif tubuh mereka tidak lagi dapat mempertahankan keseimbangan cairan tanpa adanya bantuan.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang keseimbangan cairan dan elektrolit sera berbagai macan faktor atau hal hal yang berkaitan dengan keseimbangan cairan dan elektrolit. Serta menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang di berika pada pasien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan cairan dan elektrolit ?
2. Apa sajakah organ – organ dan sistem yang berpengaruh dalam keseimbangan cairan dan elektrolit ?
3. Apa sajakah variabel – variabel yang berpengaruh dalam keseimbangan cairan dan elektrolit ?
4. Apa sajakah macam – macam cairan dan elektrolit ?
5. Apa sajakah masalah atau gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit ?
6. Bagaimanakah komposisi cairan dan elektrolit yang diperlukan tubuh ?
7. Bagaimanakah proporsi cairan dan elektrolit yang diperlukan tubuh ?
8. Bagaimanakah regulasi cairan dan elektrolit yang diperlukan tubuh ?
9. Bagaimanakah kebutuhan cairan dan elektrolit yang dibutuhkan oleh tubuh ?
10. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ?
2.3 Tujuan penulisan
2.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang berbagai macam keperawatan.
2.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan keseimbangan cairan dan elektrolit, mahasiswa mampu mengetahui organ – organ dan sistem yang berpengaruh dalam keseimbangan cairan dan elektrolit, mahasiswa mampu mengetahui variabel – variabel yang berpengaruh dalam keseimbangan cairan dan elektrolit, Mahasiswa mampu mengetahui macam – macam cairan dan elektrolit, Mahasiswa mampu mengetahui masalah atau gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit, Mahasiswa mampu mengetahui komposisi cairan dan elektrolit yang diperlukan tubuh, Mahasiswa mampu mengetahui proporsi cairan dan elektrolit yang diperlukan tubuh, Mahasiswa mampu mengetahui regulasi cairan dan elektrolit yang diperlukan tubuh, Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit yang dibutuhkan oleh tubuh, Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.4 Metode penulisan
Metode yang digunakan dalalm pembuatan makalah ini adalah metode kepustakaan.
2.5 Manfaat penulisan
Dengan adanya penyusunan makalah ini, diharapkan dapat mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit. Dan diharapkan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam membuat sebuah karya tulis berupa makalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Cairan dimasukkan melalui mulut, atau secara parenteraldan cairan meninggalkan tubuh dari saluran pencernaan, paru – paru, kulit, dan ginjal. Klien dari berbagai umur dapat mengalami kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan, tetapi manusia yang paling muda dan paling tua memiliki resiko terbesar.
Dehidrasi dan edema mengindikasikan tidak terpenuhinya kebutuhan cairan.dehidrasi mungkin karena demam berlebihan atau berkepanjangan, muntah, diare, trauma,atau kondisi lainya yang menyebabkan kehilangan cairan dengan cepat.edema juga diikuti oleh gangguan elektrolitdan bisa muncul pada gangguan nutrisi, kardiovaskular, ginjal, kanker, traumatic, atau gangguan lain yang menyebabkan akumulasi cairan dengan cepat.
2.2 Organ – organ dan sistem – sistem yang berperan
1. Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit paru, dan gastrointestinal.
A. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlibat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam dara, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan kaseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melaui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipegruhi okleh ADH dan aldosteron rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
B. Paru – paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
C. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vaso motorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan panas. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melaui cara pemancaran panas keudara sekitar konduksi (yaitu, pengalihan panas kebenda yang disentuh), dan konveksi (yaitu, pengaliran udara panas kepermukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan , dan kondisi sushu tubuh yang panas.
D. Gastrotestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
2. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti sistem hormonal (anti diuretik hormon ADH), aldosteron, prostaglandin, glukokortikoid, dan mekanisme rasa haus.
A. Aldosteron
Hormon ini berfungsi sebagai absorbsi natrium yang disekresi kelenjar adrenal dan tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiostensin renin.
B. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada laringan yang berfungsi merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan kontraksi utarus serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
C. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air sehinggadapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
D. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reapsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
E. Mekanisme Rasa Haus
Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
2.3 Distribusi cairan dan elektrolit
A. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusi dalam dua kompartemen yang berbeda, yakni : cairan Ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS)
1. Cairan Ekstrasel (CES)
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg.
Cairan ekstrasel diklasifikasikan menjadi beberapa macam :
a. Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
b. Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6L dimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
c. Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.
2. cairan intrasel (CIS)
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.
Fungsi cairan tubuh :
Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir semua reaksi di dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang
Fungsi cairan tubuh antara lain:
1. Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.
2. Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung.
3. Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan pernafasan.
4. Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari luar tubuh.
5. Pencernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar.
6. Pernafasan
Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.
7. Sendi dan otot
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.
8. Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
B. Komposisi cairan tubuh
Cairan yang bersikulasi di seluruh tubuh di dalam ruang cairan intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel.
Elektrolit merupakan sebuah unsure atau senyawa yang jika melebur atau larut di dalam air atau pelarut lain akan pacah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
1. Ion positif ( kation )
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan
kation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.
2. Ion negative ( anion )
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO43-).
Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.
1. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter.12 Kada natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
· Left atrial stretch reseptor
· Central baroreseptor
· Renal afferent baroreseptor
· Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
· Atrial natriuretic factor
· Sistem renin angiotensin
· Sekresi ADH
· Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).
Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.
2. Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel. Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter.
3. Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk pertumbuhan + 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
4. Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.
5. Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.
2.4 Proporsi cairan dan elektrolit tubuh
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori presentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari berat badan. Presentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh sedikit, maka cairan dalam tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit disbanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak disbanding pada pria.
Kebutuhan Air bardasarkan Umur dan Berat Badan :
Kebutuhan Air | ||
Umur | Jumlah air dalam 24 jam | ml/kg berat badan |
3 hari | 250-300 | 80-100 |
1 tahun | 1150-1300 | 120-135 |
2 tahun | 1350-1500 | 115-125 |
4 tahun | 1600-1800 | 100-110 |
10 tahun | 2000-2500 | 70-85 |
14 tahun | 2200-2700 | 50-60 |
18 tahun | 2200-2700 | 40-50 |
dewasa | 2400-2600 | 20-30 |
A. PENGATURAN VOLUME CAIRAN TUBUH
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
1. Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan darah.
2. Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya perhatian khusus. Setipa 1 derajat celcius akam berpengaru pada output cairan
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, deman, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1. Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls kembali nke ginjal dan memproduksi ADH sehingga memengaruhi pengeluaran urine.
2. Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.
3. Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari.
2.5 Regulasi cairan dan elektrolit tubuh
Cairan tubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain untuk memfasilitasi proses - proses yang terjadi dalam tubuh, seperti oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit, dan respon terhadap terapi obat. Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transport aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut bergantung pada permeabilitas membran sel atau kemampuan membran untuk ditembus cairan dan elektrolit.
Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:
1. Difusi
Adalah proses ketika materi padat, partikel, seperti gula di dalam cairan, berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah,sehingga distribusi partikel dalam cairan menjadi merata.
2. Osmosis
Adalah perpindahan pelarut murni seperti air melalui membran semipermiabel yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solute rendah ke tinggi. Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi solute di dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solute. Dan perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan. Tekanan osmotik larutan disebut osmolalitas, suatu larutan yang osmolitasnya sama dengan plasma darah disebut isotonik
3. Filtrasi
Adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini bersifat aktif di dalam bantalan kapiler, tempat pembedahan hidrostatik tau gradient yang menentukan perpindahan air, elektrolit, dan substansi pelarut lain yang berada diantara cairan kapiler dan cairan intertisial.
4. Transpor aktif
Transpor aktif memerlukan aktifitas metabolik dan pengeluaran energy untuk menggerakkan materi guna menembus membran sel. Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut , selain itu sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi rendah ke tinggi.
Proses regulasi cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Tekanan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk mebarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung maka larutan tersebut disebut koloid. Sedangkan, larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dan dapat bergabung disebut sebagai kristaloid. Sebagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangant penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat disbanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibandingkan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar disbanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembus membrane semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
2. Membran
Membrane semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak bergabung. Membrane semipermiabel terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
2.6 Variabel yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh di pengaruhi oleh faktor – faktor :
1. usia.
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ, sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperatur.
Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3. Diet.
Apabila kekurangan nutrien, tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan di salamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan dari interstisial, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4. Stres.
Stres dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrulit melalui proses pemingkatan produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
5. Sakit.
Pada keadaan sakit terdapat banyaksel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel yang rusak tersebut di butuhkan adanya proses oemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidk seimbangan sistem dalam tubuh, seperti ketoidak seimbangan hormonal, yang dapat menggangu keseimbangan kebutuhan cairan.
2.7 Macam - macam cairan dan elektrolit
A. Cairan nutrient
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya. Cairan nutrien ( zat gizi ) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200 – 1500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri atas :
1. Kabohidrat dan air, contoh; dexstrose (glukosa), levulose(fruktosa), invert sugar(½ dexstrose dan ½ levulose ).
2. Asam amino. Contoh : amigen, aminosol dan travamin
3. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn
B. Blood volume Expanders
Blood volume Expanders merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume pembulu darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabilah keadaan darah sudah tidak sesuai , misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembulu darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume exspanders antara lain: human serum albumin dan dexstran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
2.8 Kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh
A. Hipovolume atau Dehidrasi
Kekurangan cairan external terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan . tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan menggosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan intersetisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini pada pasien diare dan muntah. Ada 3 macam kekurangan volum cairan external, yaitu:
1. Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit secara seimbang.
2. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air dari pada elektrolit.
3. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit dari pada air.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipo volume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasal kepermukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen, dan kreatinin meningkat dan menyebabkan cairan intrasel kepembulu darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida/ natrium akan menyebabkan eskresi atau pengeluaran urin secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal, diare, muntah secara terus menerus, pemasangan drainase, dan lain – lain.
Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya :
1. Dehidrasi berat, dengan ciri – ciri
a. Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4 – 6lt
b. Serum natrium mencapai 159 – 166 mEq/lt
c. Hipotensi
d. Turgor kulit buruk
e. Oliguria
f. Nadi dan pernapasan meningkat
g. Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
2. Dehidrasi sedang, dengan ciri –ciri :
a. Kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10% BB
b. Serum natrium mencapai 152 – 158 mEq/lt
c. Mata cekung
3. Dehidrasi ringan, dengan ciri – ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 lt
B. Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat 2 hal yang ditimbulkan, yaitu hipervolume dan edema :
a. Hipervolume ( peningkatan volume darah )
b. Edema ( kelebihan cairan pada intertisial )
· Pitting edema
Merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan berbentuk cekung setelah ditekan di daerah yan bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan kepermukaan lain dengan penekanan jari
· Nonpitting edema
Tidak menunjukan tanda kelebihan cairan extrasel, tetap sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya pembukaan jaringan. Kelebihan cairan vaskular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan kepermukaan interstisial.
· Edema anasarka
Merupakan edema yang terletak pada seluruh tubuh
C. Kebutuhan elektrolit
Ø Komposisi
· Natrium : 135-145mEq/lt
· Kalium : 3,5-5,3mEq/lt
· Kalsium : 4-5mEq/lt
· Magnesium : 1,5-2,5mEq/lt
· Klorida : 100-106 mEq/lt
· Bikarbonat : 22-26mEq/lt
· Fosfat : 2,5-4,5mg/100ml
Ø Pengaturan
· Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel di atur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya di bantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang di serap kambali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang di serap kembali oleh darah. Natrim tidak hanya bergerak ke dalam atau keluar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan cairan tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, kringat, dan air mata.
· Pengturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dangan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). System pengaturan keseimbangan kalium melalui tiga langkah, yaitu:
1. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron .
2. Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui ginjal.
3. Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun
Kalium berpengaruh terhadap fungsi system pernafasan. Partikel penting dalam kalium berfungsi menghantar impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru, dan jaringan usus pencernan. Ekskresi kalium di lakukan melalui urine, sebagian melalui feses dan keringat.
· Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantar impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah, dan membantu beberapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh di atur langsung oleh hormone paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar paritorid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
· Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmosik dalam darah. Hipokloromia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperkloromia merupakan kelebihan klor dalam darah. Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.
· Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya di atur oleh kelenjar paratirioid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh di pengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi <1,5 mEq/ltd an hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta serum meningkat menjadi .2,5 mEq/lt
· Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan bufter (penyangga) dalam tubuh.
· Pengaturan keseimbangan fosfat
Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan tulang. Posfat di serap dari asluran pencernaan dan di keluarkan melalui urine.
2.9 Masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
A. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma tinggi. Cirri – ci yang dapat ditimbulkan yaitu mukosa kering, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, suhu badan naik. kondisi demikian dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan sementara asupan garam sedikit.
B. Hipernatremia
Etiologi :
- asupan berlebih peroral/enteral
- Perpindahan K+ ke ekstrasel pada asidosis
- Pseudohiperkalemia: pada pem. Penderita dg. Lekositosis/trombositosis ok.proses koagulasi/hemolisis.
Gejala:
- kelemahan otot s/d paralisa
- Utk.menurunkan K+, meningkatkan hormon2 aldosteron, insulin, epinephrin, glukagon u/ menstabilkan gula darah
- Jantung: aritmia/arrest
C. Hipokalsemia
Etiologi :
1. Def.vit.D: makanan kurang lemak, sindrom malabsorbsi( gastrektomi, pankreatitis, obat pencahar), ggn.metab.vit.D (vit.D deficient Rickets= kel.otosomal resesif), renal insuf., ggn.fgs.hati, obat anti kejang
2. Hipoparatiroidism
3. Pseudohipoparatiroidism
4. Keganasan
5. Hipofosfatemia
Pengobatan : koreksi defisiensi dg kalsium iv( Ca.Gluconat/ klorida 10%) atau peroral (Ca.Gluconas/karbonat); dpt. Disertai pemberian vit.D dosis besar
D. Hiperkalsemia
Etiologi:
1. Hiperparatiroidisme
2. Tumor ganas yg mengeluarkan PTH
3. Intoksikasi vit.D
4. Intoksikasi vit. A
5. Hipertiroid
6. Insufisiensi adrenal
7. Milk Alkali Syndrome: ok pemberian antasid disertai pemberian susu> pada ulkus peptikum atau pemberian tiasid lama bersama vit.D.
E. Gangguan keseimb.fosfor
Etiologi:
1. Antasid pengikat fosfat dosis besar
2. Luka bakar yg luas & berat
3. Diet rendah fosfat
4. Alkalosis respiratorik
5. Ketoasidosis diabetik
6. alkoholisme
Gejala
1. Kerusakan eritrosit
2. Gangguan fungsi lekosit
3. Gangguan fungsi trombosit
4. Gangguan fingsi saraf pusat
5. Rabdomiolisis
Pengobatan
Pemberian garan fosfat peroral/intravena
Dan masih banyak lagi gangguan yang dapt disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam basa
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
Berisi informasi mengenai masalah kesehatan klien dimasa lalu atau yang baru saja terjadi, yang menyebabkan resiko terjadinya ketidak seimbangan
2. Pemeriksaan fisik
Karena gangguan cairan, elektrolit dan asam basa dapat mempengaruhi semua sistem, kita harus mengidentifikasi secara sistematis setiap adanya abnormalitaspada tubuh. Seperti denyut nadi dan tekanan darah, sistem pernapasan, sistem gastrotestinal, sistem ginjal, sistem neuromuscular, kulit
3. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit serum, hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine, dan kadar gas darah arteri.
3.2 Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
· Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
· Muntah
· Kegagalan mekanisme pengaturan
· Demam dan diare
· Retensi natrium
· Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
2. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
· Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
· Gangguan mekanisme pengaturan
· Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
3.3 Perencanaan
Tujuan :
1. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
2. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
3. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan status keseimbangan
Rencana tindakan
1. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
2. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan, diantara waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
3. Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
4. Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama
3.4 Implementasi
1. Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
a. Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
· Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrotestinal. Ketika mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
· Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu menelan cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik, gastrostomi, atau jejunostomi harus diberikan sesuai program dokter.
b. Pembatasan cairan
· Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif
Korpulmonal.
· Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta meminum sejumlah besar obat – obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul 23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
c. Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
1. Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
· Alat dan bahan
a. Jarum yang sesuai
b. Larutan yang benar
c. Infuse set
d. Standart infuse
e. Papan penopang ( jika perlu )
f. Handuk atau pengalas
g. Alcohol dan swab pembersih
h. turniket
i. Kasa atau balutan transparan
j. Plester
k. Gunting sarung tangan
· Posedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas
d. Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem pen ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f. Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g. Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat mengalir dari bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi penghentian cairan setelah selang terisi
h. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i. Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j. Pilih vena
k. Pakai sarung tangan
l. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum infus/abocath)
o. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p. Buka tetesan
q. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s. Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
· Dewasa :
Tetesan / Menit = Jumlah Cairan yang Masuk
Lamanya infus (jam) x 3
· Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
Lamanya infus (1 jam)
2. Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat transfuse set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan Bahan :
1. Standar infuse
2. Tranfusi Sel
3. NaCl 0.9 %
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Jalan infuse / abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6. Pengalas
7. Tourniquet / pembendung
8. Kapas alcohol 70 %
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Betadine
13. Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4. Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16. Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah, dan tanggal kedaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18. Cuci tangan
3.5 Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara umunm dapat dinilai dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau tidak adanya edema dependen, turgor kulit baik dan lain sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Penutup
Semoga makalah ini dapat memberikan gambaran mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit. Bagi institusi sebagai arsip untuk mahasiswa yang lainya.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharap pembaca dapat memahami penjelasan di dalamnya sehingga dapat diterapkan guna pemaksimalan pemahaman mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar